Tak Perlu Panik, Barcelona Pernah Alami Kesulitan Sebelumnya di Bawah Hansi Flick

2025-10-09

Tak Perlu Panik, Barcelona Pernah Alami Kesulitan Sebelumnya di Bawah Hansi Flick

Barcelona sedang berada dalam masa sulit di awal kepemimpinan Hansi Flick. Sejumlah hasil kurang maksimal membuat sebagian pendukung mulai khawatir. Namun, jika melihat sejarah, fase ini bukan hal baru bagi Blaugrana. Tim asal Catalunya itu beberapa kali melewati periode serupa sebelum akhirnya menemukan bentuk permainan terbaiknya.


Awal Era Flick dan Tantangan Adaptasi

Ketika Hansi Flick diumumkan sebagai pelatih baru Barcelona, ekspektasi publik begitu tinggi. Reputasi besar Flick bersama Bayern Munich yang berhasil meraih enam gelar dalam satu musim membuat banyak pihak berharap keajaiban serupa akan terulang di Camp Nou. Namun, kenyataan di lapangan tidak semudah itu.

Flick membawa filosofi bermain khas Jerman: intensitas tinggi, pressing cepat, dan transisi vertikal yang agresif. Konsep ini berbeda jauh dari gaya penguasaan bola ala tiki-taka yang sudah mengakar di Barcelona selama puluhan tahun. Beberapa pemain, terutama yang tumbuh di La Masia, perlu waktu untuk menyesuaikan diri.

Pemain muda seperti Pedri dan Gavi dihadapkan pada tuntutan fisik yang lebih berat. Sementara pemain senior seperti Robert Lewandowski dan Ilkay Gundogan harus menyeimbangkan pengalaman dengan intensitas tinggi yang diterapkan Flick. "Kami masih beradaptasi dengan gaya baru. Pelatih ingin permainan lebih cepat dan lebih langsung. Proses ini butuh waktu," kata Gundogan dalam wawancara dengan Mundo Deportivo.


Masalah Cedera dan Konsistensi

Selain adaptasi taktik, Flick juga menghadapi masalah klasik yang menghambat perkembangan tim: cedera pemain kunci. Gavi masih harus menepi hingga akhir musim, Frenkie de Jong belum benar-benar pulih, dan beberapa pemain lain bergantian absen karena cedera otot. Kondisi ini membuat Flick kerap harus mengubah susunan pemain dari satu laga ke laga berikutnya.

Keterbatasan rotasi ini berdampak langsung pada performa tim. Barcelona terlihat kesulitan menjaga intensitas di babak kedua, terutama saat menghadapi lawan yang memiliki pressing kuat seperti Girona dan Athletic Bilbao. Di Liga Champions, Blaugrana juga sempat kehilangan momentum di laga-laga penting, memicu kritik dari sebagian suporter.

Namun, data menunjukkan adanya kemajuan. Statistik penguasaan bola dan peluang mencetak gol meningkat dibandingkan periode akhir kepemimpinan Xavi. Permasalahan terbesar justru terletak pada penyelesaian akhir dan koordinasi di lini belakang yang masih inkonsisten.


Perubahan Filosofi: Dari Tiki-Taka ke Gegenpressing

Hansi Flick mencoba membawa Barcelona keluar dari bayang-bayang gaya tiki-taka yang dianggap mulai usang di level tertinggi Eropa. Ia memperkenalkan filosofi gegenpressing — menekan lawan secepat mungkin begitu bola hilang dan langsung melakukan serangan cepat.

Filosofi ini menuntut kedisiplinan tinggi dan kondisi fisik prima, sesuatu yang belum sepenuhnya dimiliki skuad Barcelona saat ini. Meski demikian, Flick menegaskan bahwa perubahan ini penting untuk mengembalikan Barcelona ke level tertinggi.
"Kami tidak bisa hanya mengandalkan penguasaan bola. Sepak bola modern menuntut reaksi cepat, kecepatan, dan keberanian menyerang," ujar Flick.

Pemain muda seperti Lamine Yamal dan Fermin Lopez diyakini menjadi bagian penting dari rencana jangka panjang ini. Keduanya dianggap cocok dengan intensitas tinggi dan mental agresif yang diinginkan pelatih asal Jerman tersebut.


Barcelona Pernah Mengalaminya

Situasi seperti ini bukan hal baru bagi Barcelona. Ketika Xavi Hernández memulai karier kepelatihannya di Camp Nou, hasil-hasil awal juga tidak stabil. Bahkan pada masa Pep Guardiola di 2008, Barcelona sempat kalah di laga perdana sebelum akhirnya menjadi tim paling dominan di Eropa.

Sejarah menunjukkan bahwa setiap perubahan besar di Barcelona selalu diiringi masa transisi yang berat. Klub ini lebih sering membangun proyek jangka panjang daripada mencari hasil instan. Karena itu, para petinggi klub dikabarkan masih memberi dukungan penuh kepada Flick.

Presiden klub Joan Laporta menegaskan bahwa proyek ini tidak akan diukur dari beberapa pertandingan saja. “Kami percaya pada arah yang dibawa Flick. Butuh waktu untuk menanamkan sistem baru dan mematangkan para pemain muda,” kata Laporta dikutip Sport.


Harapan dan Tantangan ke Depan

Tantangan berikutnya bagi Barcelona adalah menemukan kestabilan. Dengan jadwal padat di La Liga dan Liga Champions, Flick harus pintar mengatur rotasi dan menjaga kondisi pemain. Jika mampu memperbaiki transisi pertahanan dan memanfaatkan peluang secara lebih efisien, Barcelona diyakini bisa kembali ke jalur kemenangan.

Meski kritik terus berdatangan, sebagian besar suporter masih memberikan kepercayaan. Mereka melihat potensi besar dari gaya baru yang dibangun Flick. “Ada semangat baru dalam tim ini. Kami melihat arah permainan yang jelas, tinggal menunggu hasilnya saja,” tulis salah satu komentar di forum resmi Barcelona.

Proyek Hansi Flick di Barcelona memang belum sempurna, tapi pondasinya mulai terlihat. Dalam sepak bola modern, perubahan besar tidak terjadi dalam semalam. Dan seperti yang telah dibuktikan berkali-kali oleh sejarah Blaugrana, masa sulit sering kali menjadi awal dari kebangkitan baru.

 

Source @playbook88.football