2025-09-15
London, Inggris — Posisi Ruben Amorim sebagai pelatih kepala Manchester United kini menjadi sorotan tajam setelah performa buruk tim sepanjang musim 2025/26. Berdasarkan catatan statistik dan evaluasi performa, Amorim dianggap sebagai manajer permanen terburuk yang pernah menangani Setan Merah sejak berakhirnya Perang Dunia II.
Statistik Buruk dan Rentetan Hasil Mengecewakan
Dalam 32 pertandingan yang sudah dijalani bersama MU, Amorim hanya mampu membawa tim meraih 9 kemenangan, 8 hasil imbang, dan menelan 15 kekalahan. Persentase kemenangan di bawah 30% menjadi yang terendah dalam sejarah klub sejak era pasca-perang. Tak hanya itu, lini pertahanan MU di bawah asuhannya juga rapuh, kebobolan 54 gol sejauh ini — angka terburuk dalam dua dekade terakhir.
Sorotan Gaya Bermain dan Ketidakharmonisan Ruang Ganti
Selain performa di atas lapangan, gaya bermain Amorim yang terlalu kaku dan konservatif dianggap tidak cocok dengan filosofi MU. Beberapa laporan media Inggris menyebutkan bahwa para pemain senior seperti Bruno Fernandes dan Casemiro tidak cocok dengan pendekatan taktiknya. Bahkan, sempat terjadi ketegangan dalam ruang ganti usai kekalahan memalukan dari Aston Villa dengan skor 0-4 di Old Trafford.
Bandingkan dengan Pendahulunya
Jika dibandingkan dengan pelatih-pelatih sebelumnya seperti Erik ten Hag, Ole Gunnar Solskjaer, hingga David Moyes, Amorim justru mencatat hasil yang lebih buruk dari segi rata-rata poin per pertandingan. Sementara Moyes yang dulu dipecat dalam 10 bulan usai menggantikan Sir Alex Ferguson masih memiliki win rate 52%, Amorim saat ini hanya berada di angka 28%.
Ancaman Pemecatan dan Kandidat Pengganti
Spekulasi pemecatan Amorim mulai santer terdengar. Dewan direksi MU kabarnya telah menggelar rapat darurat, dengan nama-nama seperti Zinedine Zidane dan Roberto De Zerbi mulai masuk dalam bursa pengganti. Fans MU pun mulai menuntut tindakan tegas, menyuarakan tagar #AmorimOut di media sosial.
Kesimpulan
Kisah Ruben Amorim di Manchester United bisa saja berakhir lebih cepat dari yang diperkirakan. Tekanan dari fans, media, dan buruknya performa tim membuat posisi sang pelatih kian tidak aman. Dalam waktu dekat, semua mata tertuju pada laga-laga berikutnya: apakah Amorim bisa membalikkan keadaan, atau akan menyusul jejak para pelatih gagal sebelumnya?